Selamat Datang di Blog Tatang Saputra , SMA Negeri 1 Bengkayang , Jalan Sanggau Ledo No. 17 , Bengkayang , Kal-Bar , HP 085822034167

FILOSOFI IBADAH HAJI


Dari Aisyah r.a. , bahwa Rasulullah bersabda “ Tiada suatu hari dimana Allah membebaskan orang dari api neraka seperti yang terjadi pada hari Arafah. Pada hari itu para malaikat mendekat , seraya memberi ucapan selamat dan membangggakan para tamu Allah, seraya berkata ‘Apa yang kalian inginkan ?’ “ ( HR Imam Muslim ) Yang senada dengan hadits tersebut , dalam QS Al-imran ayat 97 dijelaskan yang artinya : “ Berhaji adalah kewajiban manusia terhadap Allah , yaitu bagi orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah , barang siapa yang kafir ( mengingkari ) , maka sesungguhnya Allah Maha Kaya “

Membersihkan diri dengan berhaji Panggilan Allah untuk berhaji sesungguhnya penuh dengan arahan agar seorang muslim bisa menangkap pesan-pesan yang Allah berikan kepada para hujjaj ( jamaah haji ) agar mereka bisa memahami hakikat penghambaan yang sesungguhnya. Rangkaian ibadah haji memberi gambaran bahwa dalam usaha mendekati Allah dan kembali kepadaNya , kita harus berttolak dari titik yang benar . Kemudian ada aturan yang harus ditaati dan waktu yang harus ditepati. Semua merupakan cerminan bahwa tujuan yang benar harus ditempuh dengan cara yang benar pula. Betapa manusia harus berpacu dengan waktu yang mengikat kehidupan. Ini juga mencerminkan pentingnya penguasaan teritorial dakwah , bahwa dakwah islam harus ada di setiap jengkal bumi Allah. Begitupun dalam soal mengoptimalkan dimensi waktu yang merupakan syarat mutlak agar umat tampil sebagai khoiru ummah ( sebaik-baik umat ). Kalau kita perhatikan sentuhan-sentuhan Al-Quran ketika mewajibkan atau menyuruh kaum muslimin untuk berkomitmen dengan syariatnya sering kali diakhiri dengan ungkapan “ maka sesungguhnya Allah maha Pengampun lahi Maha Penyayang “. Betatapun usaha maksimal yang dilakukan seorang hamba agar berbuat yang terbaik , tetap saja ada kekurangannya. Namun dengan kasih sayang Allah , mereka diampuni oleh sang khalik. Lain halnya dengan perintah haji , nadanya lebih tegas lagi dan diakhiiri dengan kalimat “ baranag siapa yang kafir kepada Allah , sesungguhnya Allah Maha kaya “. Ini dikarenakan hakikat haji adalah memenuhi panggilan ilahi dalam memantapkan nilai-nilai tauhid dan meninggalkan bentuk-bentuk kemusyrikan , baik syirik dalam i’tikad maupun dalam perbuatan yang kadang-kadang tidak disadari saat melakukan ibadah haji. Sesungguhnya Allah masih mengampuni dosa hamba-hambanya selama belum melakukan syirik , selama hambanya punya hati yang ikhlas danniat yang tulus untuk memulai hidup baru dan kembali kepada kebenaran Ilahi.. Haji adalah sarana untuk membersihkan jiwa dan kesempatan untuk memperbaiki diri dan berdamai dengan Allah atas kesalahan yang pernah dilakukan hamba yang begitu lemah , perlu lindungan dan pengampunan dari Yang Maha Kuasa. Kehidupan manusia yang penuh dengan rutinitas dan tuntutan materialistis bisa menghilangkan kepekaan hati dan sensitifitas yang membuat hidup terasa kurang bermakna dan terarah. Dalam berhaji sangat ditekankan betapa kita tanpa petunjuk dan kehendak Allah tidak ada apa-apa. “ Bukankah telah datang atas manusia suatu zaman , sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut ? “ ( QS 76 ; 1 ) Berniat dan mengenakan pakaian ihram Setiap sesuatu amal , sangat tergantung kepada niat. Jika suatu perbuatan baik , namun dilakukan dengan niat yang tidak tulus , riya ( misalnya ) , maka sia-sialah pahala amal baik itu. Pakaian ihram adalah pakaian yang tidak berjahit , berwarna putih serta suci dari segala kotoran dan najis. Orang tidak akan dapat mendekati Allah SWT Yang Maha Suci , kecuali dengan dengan mensucikan diri dan tidak akan dapat menjumpai Allah selama dia masih terkungkung dengan egonya masing-masing. Maka ritual ibadah haji diawali dengan niat yang tulus untuk memulai dengan mensucikan diri. Sebagai seorang hamba ,kedudukan kita sama dengan hamba yang lainnya. Agar hati kita selalu bersih dari perasaan yang berbeda dengan hamba-hamba Allah yang lain , maka diwajibkan untuk berihram. Tanpa disadari pakaian sering membuat orang terbelenggu dan merasa berbeda dengan orang lain. Maka dengan berihram , tak ada yang membedakan satu muslim dengan muslim yang lainnya , dari manapun ia berasal , dari etnis apapun ia adanya. Semua sama , adalah sebagai hamba yang sedang menghadap Allah melalui pelaksanaan ibadah haji. Thawaf Ifadhoh Mengelilingi Ka’bah ( thawaf ) merupakan salah satu rukun haji yang tidak mungkin ditinggalkan oleh para hujjaj , meski harus berdesak-desakan , bermandikan peluh , bahkan para hujjaj sangat kuat keinginannya untuk mencium hajar aswad , meski untuk mencapainya harus berjuang jeras diantara jutaan manusia yang punya keinginan yang sama dalam waktu yang bersamaan pula. Jika ingin dekat dengan Allah , kita tidak boleh berhenti untuk mendekatinya. Kita harus melakukannya dengan sepenuh hati , segenap jiwa dan raga. Gerakan kembali kepada Allah adalah gerakan seumur hidup dan hanya mungkin dilakukan dengan cara yang telah ditetapkan Allah SWT. Cita-cita hidup hanya dapat dicapai dengan perjuangan dan pengorbanan bukan dengan angan-angan. Dengan totalitas , tidak dengan setengah hati. Tekad yang bulat , totalitas , pengorbanan dan harapan yang tak pernah surut adalah syariat keberhasilan. Sebagai mukmin , keberhasilan adalah karena karunia-Nya , bukan karena kehebatan kehebatan diri kita . Kemudian apa yang didapat dalam hidup ini tidak boleh dinikmati sendiri , harus dibagi kepada sesama. Bermalam di Mina dan melontar jumroh. Pada tanggal 10 Dzulhijah , para hujjaj sudah sampai di Mina , jemaah haji dianjurkan berdoa : “ Ya Allah , tempat ini adalah MINA , maka berikanlah nikmat kepadaku dan kepada orang-orang yang taat kepada-Mu sebagaimana telah Engkau berikan nikmat kepada para aulia “ Pada hari itu pula seortang jamaah haji melakukan pekerjaan haji yaitu melontar jumroh dengan 7 buah batu yang sudah disediakan dari Musy’aril haram. Perjuangan yang berat pun dialami para hujjaj para rukun haji ini. Namun dengan kesadaran yang tinggi bahwa ini adalah bagian dari perintah Allah , maka dengan segenap tenaga dan kekuatan serta mohon doa kepada Alllah , ia tetap melontar jumroh , sebagai simbol melomtar syaithon yang selalu berusaha menggoda nabi Ibrahim AS untuk membatalkan penyembelihan anaknya Ismail , padahaal itu adalah perintah Allah. Sebagai simbol permusuhannya dengan syaithon , maka melontar jumroh merupakan salah satu rukun haji. Hidup adalah perjuangan. Kehormatan dalam hidup hanya akan diraih oleh mereka yang berjuang Salah satu yang pasti akan kita hadapi sepanjang hayat adalah iblis dan syaithon. Keduanya telah bersumpah akan menyesatkan manusia , diamanapun dan kapanpun. Maka manusiapun sudah seharusnya bersumpah untuk tetap menjadi musuh iblis dan syaithon . serta berupaya mengalahkan dan melenyapkannya. Peperangan dengan syaithon adalah pertarungan tiada akhir . Sekali kita dapat mengalahkannya , lain kali ia akan datang dengan seribu cara untuk menggoda kita. Hanya orang yang tidak pernah kehilangan kewaspadaan , tidak lengah dan selalu memohon pertolongan Allah yang dapat mengalahkan syaithon. Wukuf di Arafah Wukuf di Arafah adalah membuka diri di hadapan Allah sebagai pengakuan kekerdilan dan ketidakberdayaan di hadapan kebesaran dan kekuasaanNya. Menegaskan bahwa tidak ada yang bisa kita bawa menghadapNya kecuali iman dan amal shaleh. Arafah adalah gambaran Padang Mahsyar. Kehormatan di hadapan Alah sama sekali tidak ditentukan oleh status keduniaan yang kita capai. Kemuliaan seorang hamba di sisi Allah sama sekali tidak tergantung kepada status sosial orang itu dimasyarakat atau dilingkungan kerjanya. Karena kemuliaan adalah milik Allah , Para rasul-Nya dan milik orang-orang yangn bertaqwa kepada-Nya. Oleh karena itu agar status kita terhormat dalam pandangan Allah , bekalnya tiada lain adalah menghiasi kehidupan kita dengan mengabdikan diri kepadaNya. Pakaian kehidupan yang paling indah di sisi Allah , adalah pakaian taqwa. Bersungguh-sungguhlah untuk mempersiapkan bekal dialam akhirat kelak. Tidak ada yang mamapu menologn kita , kecuali amal kebajikan yang selalu kita perbuat di dunia. Berusahalah untuk perdiapan akhirat seolah-olah kita akan wafat besok pagi. Tapi berusahalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya.
Kesimpulan ; bahwa semua rukun dan wajib-wajib haji mempunyai filosofi yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mempunyai makna yang sangat dalam dalam untuk menyongsong harai-hari kita dengan memperbanyak in\badah kepada Allah SWT , terlebih lagi dalam menyongsong pergantian tahun hijriyah . Marilah sama-sama kita mengintrospeksi diri kita masing-masing agar semakin hari , amal kita semakin meningkat dan semakin hari dosa kita semakin menyusut. Sehingga akhirnya kita mencapai puncak kesucian jiwa dan hati kita , dan siap menghadap Allah dalah hati yang bersih.

Buku Tamu


ShoutMix chat widget