Selamat Datang di Blog Tatang Saputra , SMA Negeri 1 Bengkayang , Jalan Sanggau Ledo No. 17 , Bengkayang , Kal-Bar , HP 085822034167

Hemat Ala Dunia VS Hemat Ala Al-Qur’an

Dua arti untuk kata hemat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 'tidak boros' dan 'berhati-hati dalam membelanjakan uang'. Bahkan kita punya pepatah 'hemat pangkal kaya'. Tapi kita mungkin tidak termasuk yang boros, tetapi, “Apa benar, hemat kita sudah cukup baik?”

Coba kita lihat, bagaimana di rumah kita sendiri, kita lihat mulai dari diri kita sendiri, karena semuanya bermula dari diri kita sendiri. Pakaian, Sepatu, Parfum, Aksesoris atau apa saja yang kita pakai. Kadang kita tidak tahan untuk mendapatkan yang baru, makanya yang lama di tinggalkan, sampai-sampai kita punya lemari khusus untuk parfum, sepatu, aksesoris, apalagi untuk pakaian kita sampai perlu menambah lemari karena yang satunya sudah penuh dengan pakaian-pakaian lama yang masih bagus-bagus. Padahal Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bahwa kalau kita memiliki barang (pakaian) yang baru, maka yang lama dikasihkan kepada yang membutuhkan. Dan coba kita lihat lagi, bagaimana dengan harga-harganya, rata-rata harganya mahal-mahal, sampai-sampai memaksakan untuk mendapatkannya dengan cara kredit karena saking mahalnya. Belum lagi dengan barang-barang rumah tangga (isi rumah), kadang-kadang ada barang yang tida perlu, kita beli juga, sehingga di rumah kita penuh dengan barang.

Begitu juga dalam hal makanan, kita suka boros dalam hal makanan, kita suka bilang, kita belum makan padahal kita sudah makan lontong kari yang terbuat dari beras, malah ditambah dengan jajanan-jajanan lain. Makanya diri kita kadang sakit, karena kita tidak bisa mengatur pola makan kita. Mari kita buka buku hadits mengenai cara makan Rasulullah? Jangan heran bahwa Rasulullah SAW. tidak pernah kenyang. Makan hanya sekedarnya saja, bahkan beliau sering kekurangan makanan sehingga memaksanya untuk berpuasa. Anas bin Malik menceritakan kepada kita,

“Sesungguhnya tidak pernah terdapat dalam makan siang Rasulullah atau makan malam-nya, roti dan daging, kecuali sangat sedikit dan kekurangan.” (HR Tirmidzi)

Masalahnya bukannya kekurangan. akan tetapi, sering kali harta melimpah datang, baik melalui rampasan perang maupun lainnya, namun karena Allah telah membimbing beliau kepada kesempurnaan akhlak, yang beliau terapkan adalah kemurahan dan kedermawanan beliau.

Berkata Ibnu Harits, “Rasulullah shalat ashar bersama kami kemudian beliau bergegas masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian keluar dan kami pun bertanya, lalu beliau menjawab, ‘Dirumah aku menyimpan emas dari hasil sedekah, maka aku enggan untuk menyimpannya sampai aku membagi-bagikannya.” (HR Muslim)

Kita sering berpikir keutamaan berhemat adalah dengan menyimpan uang, membeli yang perlu. Sebenarnya berhemat menurut Alqur’an adalah lebih pada menafkahkannya secara tepat.

“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah (2): 215)

Sungguh suatu kedermawanan yang luar biasa, melalui tangan beliau yang agung. Seperti yang diceritakan oleh Anas bahwa Rsulullah tidak pernah menolak permintaan seseorang. Pernah suatu kali datang seorang laki-laki kemudian Rasul memberinya sekumpulan kambing diantara dua bukit. Lalu laki-laki itu pulang ke kaumnya dan berteriak lantang, “Wahai kaumku, masuklah kalian kedalam Islam, sesungguhnya Muhammad memberikan pemberian kepada seseorang sehingga dia tidak takut fakir.” (HR Muslim)

Walaupun beliau dermawan dan suka bersedekah, akan tetapi keadaan beliau sendiri sangat patut untuk kita renungkan. Anas bin Malik berkata, “Tidak pernah Rasulullah duduk menghadapi meja makan yang penuh hidangan, sampai beliau wafat. Dan tidak pernah beliau makan roti yang enak dan lembut sampai wafat.” (HR Bukhari)

Kalau kita berhemat dengan tujuan untuk mengurangi pengeluaran dengan cara menganiaya diri, misalnya pura-pura miskin, mengharapkan supaya dibantu maka itu bukanlah termasuk penghematan tetapi kikir.

Kalau kita boleh kembali melihat diri kita. Agaknya kita sulit untuk seperti Rasulullah, karena kita tidak bisa mengontrol pengeluaran, dan pemakaian dari barang barang yang kita beli. Penghematan penggunaan Listrik, BBM, Air, Telpon dll mungkin salah satu akhlak yang baik, karena kadang kita tidak merasa bahwa diri kita sudah berlebihan dalam menggunakan itu semua. Harga-harga mulai naik terutama kebutuhan sehari-hari. Tetapi percayalah tidak perlu ada ketakutan terhadap semua itu, karena kita memiliki konsep berhemat yang lebih baik yaitu untuk Allah, bahwa setelah keperluan kita terpenuhi, kita berusaha menafkahkannya dijalan Allah.

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-Baqarah (2): 177)

Sahabat-sahabat, mudah-mudahan tulisan ini jadi bahan renungan kita semua, sehingga kita bisa menata kembali pengeluaran dana dan pemakaian barang untuk hal-hal yang tidak perlu, sehingga kita bisa menghemat dan tidak boros lagi, karena Allah benci kepada orang-orang yang boros dan berlebih-lebihan, sebagaimana firman-Nya. Kelebihan harta itu mari kita nafkahkanlah dijalan Allah.

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (QS. Al-Isra (17): 26)

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra (17): 27)

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir,” (QS. Al-Furqan (25): 67)


Selengkapnya...

Buku Tamu


ShoutMix chat widget